Jumat, 28 Mei 2010

Belajar dari Keledai

Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh kedalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam, sementara sipetani memikirkan apa yang harus dilakuaknnya. Akhirnya, ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur itu perlu ditimbun(ditutup karena berbahaya), jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Ia mengajak tetangga – tetangganyauntuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah kedalam sumur. Pada mulanya ,ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian.tetapi kemudian,semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. setelah beberapa sekop tanah dituangkan kedalam sumur, sipetani melihat kedalam sumur dan tercengang atas apa yang dilihatnya. Walaupun punggungnya yang terus ditimpa oleh bersekop – sekop tanah dan kotoran, sikeledai melakukan sesuatu yang menabjubka. ia menguncang – guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun kebawah,lalu menaiki tanah itu. sementara tetangga -tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu. si keledai terus menguncangkan badannya dan melangkah naik. segera saja,semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri.

MORAL

Kehidupan terus saja menuangkan segala macam tanah dan kotoran kepadamu. cara untuk keluar dari sumur(kesedihan , masalah , beban pikiran) adalah dengan mengguncangkan hal – hal tersebut sebagai pijakan. setiap masalah dalam hidup kita merupakan batu pijakan untuk melangkah. kita dapat keluar dari sumur yang terdalam dengan terus berjuang. jangan pernah menyerah!

sumber : anonymous

http://ciptoadhisetiawan.blogspot.com/2008/11/belajar-dari-keledai.html
Selengkapnya...

Menulis di atas Pasir

Jalan hidup penuh dengan benturan-benturan, namun terkadang bermandikan kebahagiaan. Hati kadang tersakiti, di lain waktu hati kadang berbunga karena sebuah kebaikan

Menulis diatas pasir.

Marilah kita maknai hidup ini dengan baik, marilah menulis di atas pasir untuk kesakitan-kesakitan yang pernah kita alami. Lupakanlah itu semua, lupakan. Ibarat tulisan kita di atas pasir yang takkan lama hilang dihempas angin dan tak berbekas.

Untuk sebuah kebaikan yang datang, marilah kita menulis di atas batu. Ukirlah kebaikan yang kita terima di dalam hati kita. Tulislah di atas batu, sehingga kebaikan itu indah tak terperi dan takkan hilang di hati kita.
Selengkapnya...

Rabu, 26 Mei 2010

Tipe Orang Menghadapi Masalah

Dalam hidup kita selalu berhadapan dengan masalah. Mulai dari masalah kita dengan pekerjaan, dengan keluarga, dengan masyarakat bahkan dengan negara.

Masalah dalam hidup ini bisa diibaratkan sebuah tekanan yang mengimpit kita. Semakin kita lemah menghadapi masalah, maka hidup kita akan semakin sulit. Semakin tumpuk masalah yang menghimpit, maka hidup akan semakin sengsara dan penuh dengan tekanan.

Sebenarnya setiap masalah adalah untuk diselesaikan. Setiap masalah adalah ujian yang datang kepada kita. Sama seperti ketika sekolah dulu, untuk mengevaluasi hasil belajar kita maka diadakanlah ujian. Begitupun dengan masalah, itu merupakan ujian dalam kehidupan kita untuk mengevaluasi apakah kita sukses dalam menjalani kehidupan ini atau sebaliknya.

Setiap masalah yang datang akan menjadi masalah berikutnya ataukah terselesaikan adalah tergantung sikap mental orang yang menghadapinya.

Ada beberapa tipe mental orang ketika menghadapi tekanan sebuah masalah.

1. Tipe pertama adalah orang dengan mental tempe atau tahu. Anda tau kan bagaimana tmepe ketika ditekan oleh sesuatu, dia akan rusak dan meninggalkan bekas ya sama juga dengan tahu. Orang yang mempunyai mental tahu tidak bisa bertahan ketika menghadapi tekanan dari masalah hidupnya. Orang seperti ini membutuhkan seorang pendamping atau pembimbing agar dia mampu menghadapi masalah yang menekannya.

2. Tipe kedua adalah orang dengan mental besi. Ketika tekanan sebuah masalah menimpanya, orang ini akan mampu bertahan pada awal mulanya, namun layaknya seperti besi semakin lama dan semakin keras beban yang menimpanya besi akan menjadi bengkok dan tak langsung kembali ke bentuk semula lagi.

3. Tipe ketiga adalah orang dengan mental kapas. Orang ini akan selalu mampu menyesuaikan diri dengan tekanan masalah yang menimpanya. Ibarat sebuah kapas, ketika kapas menerima sebuah tekanan dia akan menyesuaikan diri dengan tekanan tersebut dan kemudian mengembang kembali ke bentuk semula.

4. Tipe orang keempat adalah orang dengan mental bola pingpong. Nah tipe inilah yang luar biasa. Orang dengan tipe ini, ketika ditekan dengan sebuah masalah dia malah menggunakan masalah tersebut sebagai sebuah energi untuk melambung lebih tinggi. Dia menjadikan sebuah masalah untuk melesatkan diri lebih jauh lagi. Layaknya sebuah bola pingpong, ketika kita memberikan tekanan kepadanya maka dia akan memantul dan melesat, bahkan ketika tekanan yang kita berikan semakin keras semakin kencang juga dia memantul.

Nah..termasuk mental tipe manakah anda?? Semoga kia selalu bisa menghadapi dan menyelesaikan setiap masalah yang menghampiri kita. AMiin.

Selengkapnya...

Selasa, 04 Mei 2010

Mengalah bukan berarti kalah

Mengalah adalah sebuah kata aktif, sebuah tindakan dan sebuah pilihan. Bukan keterpaksaan dan bukan pula tindakan yang dilakukan karena dorongan orang. Tengoklah kata-kata Me-ngalah. Orang yang mengalah adalah orang yang ingin segala sesuatunya menjadi baik dan tidak menimbulkan dampak panjang yang lebih buruk.

Dalam kehidupan sehari-hari kita telah terbiasa menganggap bahwa mengalah itu seperti menyerah. Padahal dibalik kata mengalah itu tersimpan sebuah strategi untuk melakukan tindakan lainnya dan menyusun sebuah langkah baru untuk ditempuh.

Orang yang mengalah tidak berarti menyerah, tapi mundur selangkah untuk mengambil langkah selanjutnya melalui jalan yang berbeda.

Teladan kita adalah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam..Beliau mengalah pada perjanjian Hudaibiyah yang merugikan dirinya tersebut. Beliau tidak bersikeras untuk memaksakan kehendaknya dalam perjanjian tersebut. Beliau mengalah untuk menang.

Dengan sikapnya tersebut, Beliau akhirnya secara gilang gemilang mampu menyebarkan Islam ke berbagai penjuru dunia.

Jadi Mengalah bukan berarti kalah
Selengkapnya...

Minggu, 02 Mei 2010

Shalat Tahajud Bekal Menjalani Hari

Setiap harinya kita selalu disibukkan dengan berbagai aktifitas hidup yang berbau keduniaan. Kita selalu menyibukkan diri dengan segala usaha untuk mencapai keinginan kita di dunia ini.

Masalah datang silih berganti ketika kita mengarungi hari. Konflik muncul antara kita dengan yang lainnya, antara atasan dengan bawahan, antara sopir dengan penumpangnya, antara pedagang dengan pembeli, antara polisi dengan pengguna jalan dan lain sebagainya.

Kita tidak pernah lelah menjalani itu semua, bahkan sebenarnya lelah namun tetaplah kita jalani, jenuh namun tetaplah kita ulangi kesibukan kita setiap hari.

Ketika emosi meninggi kemarahan yang terlontar dari kita. Cacian dan makian terucap tak terkendali keluar dari lisan kita.

Mengapa kita berbuat sedemikian rupa dalam mengarungi hari ini?

Kehidupan ini bagaikan sebuah perjalanan. Tentunya sebuah perjalanan membutuhkan bekal. Apakah bekal kita sudah cukup untuk menjalani hari-hari yang sangat sibuk dengan urusan dunia.

Apakah sebenarnya bekal yang kita butuhkan untuk menjalani hari agar tidak lelah bandan, hati dan pikiran kita.

Badan sudah tentu bekalnya adalah makanan yang menyehatkan raga kita. Bekalnya pikiran adalah ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Lalu apakah bekalnya hati untuk mengarungi ganas dan panasnya hari?

Bekalnya hati adalah ketenangan, kesabaran dan kejernihan.

Semuanya bermula dari hati. Sebuah hadits mengatakan “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging, apabila dia baik maka baiklah seluruh jasad,dan apabila dia buruk maka buruklah seluruh jasad. Ketahuilah, dia adalah hati "
(Riwayat Bukhari & Muslim, dari Nu'man bin Basyir)

Lalu bagaimanakah agar hati ini menjadi baik? Bekalilah dia dengan cukup.

Dirikanlah shalat tahajud, rasakanlah keheningan malam, dengarkanlah angin bertasbih memuji Asma Allah, jernihkanlah hati kita dengan berdzikir kepada-Nya dikeheningan malam.

Rasakanlah ketenangannya malam..nikmatilah kesyahduannya, rangkumlah dalam shalat tahajjud. Penuhilah hatimu dengan kebaikan, jernihkanlah hatimu dengan shalat tahajjud.

Renungkanlah keberadaan dirimu di dunia ini. Rehatkanlah pikiranmu dari kesibukan dunia yang telah engkau lalui di siang hari. Katakanlah dalam hati " ya Allah..untuk apa saya melakukan segala hal yang melelahkan sepanjang hari ini??" " ya Allah akankah segala amal yang telah aku lakukan akan diterima di sisi Mu sebagai amal baik" renungkanlah...

Kembalikanlah energi yang telah engkau lepaskan sepanjang hari tadi.

Mendekatlah kepada Allah..mendekatlah lebih dekat lagi.. Rasakan kasih sayang_NYa.

Bekalilah hati dan jiwamu dengan shalat tahajjud, karena sesungguhnya esok hari hati dan jiwamu dahaga akan ketenangan dan kejernihan. Dengan tahajjud yang didirikan Insya Allah bekal ini akan tercukupi..WALLAHU A'LAM..
Selengkapnya...

Lemahnya Diri Ini

Memulai tulisan pertama di blog yang baru ini. Saya ingin membawa kedamaian kepada diri saya sendiri. Ingin mengisi kehampaan dalam hati ini dengan mendekatkan diri kepada Pengenggam Kedamaian- Allah SWT.

Melalui blog ini saya ingin mengingatkan diri saya sendiri betapa lemahnya diri ini tanpa bimbinganNya, betapa rapuhnya diri ini tanpa pertolongannya.

Ya Allah bimbinglah tangan ini untuk menuliskan hal-hal yang baik yang akan membawa kebaikan, hindarkanlah tangan ini untuk menuliskan hal-hal buruk yang hanya akan membawa kepada keburukan.

Di keheningan malam yang dingin ini. Ditemani angin yang bertasbih memuji keangungan-Mu aku bersimpuh dan menyusun kata-kata ini. Kata-kata yang semoga akan menjadi catatan amal kebaikanku di dunia dan di akherat kelak.

Selamat datang di Blognya seorang yang lemah dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi.
Selengkapnya...